BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada
tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss
yang menamainya nuclein berdasarkan
lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA di
dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya
postulat genetika dianggap dua
molekul yang paling memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan
teori tersebut.
“Perkembangan sains
memperjelas bahwa makhluk hidup memiliki struktur yang luar biasa kompleks dan
suatu keteraturan yang terlalu sempurna untuk muncul melalui peristiwa
kebetulan. Ini membuktikan fakta bahwa makhluk hidup diciptakan oleh Pencipta
yang Mahakuasa yang memiliki pengetahuan tanpa banding. Baru-baru ini,
misalnya, dengan tersingkapnya struktur sempurna dalam gen manusia yang menjadi
isu yang menonjol karena Projek Genom, penciptaan yang unik dari Tuhan telah
terungkap sekali lagi untuk kita semua. Dari AS hingga Cina, ilmuwan dari
seluruh penjuru dunia telah memberikan upaya terbaik mereka untuk menguraikan 3
miliar huruf kimiawi di dalam DNA dan menentukan urutannya. Sebagai hasilnya,
85% dari data yang terkandung dalam DNA manusia dapat diurutkan dengan tepat.
Walaupun ini merupakan perkembangan yang sangat menarik dan penting,
sebagaimana dinyatakan Dr. Francis Collins, pimpinan Projek Genom Manusia,
sebegitu jauh ini baru langkah pertama dalam upaya menguraikan informasi di
dalam DNA.”
1.2
Tujuan
- Untuk
memahami Hibridisasi
- Untuk
mengetahui tahapan hibridisasi
- Untuk
mengetahui factor – factor yang mempengaruhi hibridisasi baik internal
maupun eksternal
- Untuk
mengetahui tanda keberhasilan hibridisasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik
hibridisasi meliputi dua proses, yaitu proses denaturasi atau pemisahan dua
rantai asam nukleat yang komplementer dari proses renaturasi atau perpaduan
kembali dua rantai asam nukleat. Proses denaturasi biasanya dilakukan dengan
cara pemanasan DNA untuk memecah ikatan hidrogen yang terdapat di antara
pasangan basa sehingga rantai asam nukleat akan terpisah. Proses ini kemudian
diikuti dengan proses renaturasi dengan cara pendinginan.
Pengujian
sel bakteri pembawa rekombinan, gen-gen target, level mRNA, hasil pemotongan ER
(RFLP) dan uji lainnya yang menggunakan
teknik hibridisasi, membutuhkan proses denaturasi dan fragmen asam nukleat yang
tidak diketahui dan memfiksasi fragmen tersebut pada bahan solid seperti filter
nitroselulosa. Untuk pengujian dengan hibridisasi diperlukan suatu probe asam
nukleat yang komplementer dicampurkan dengan fragmen asam nukleat yang terdapat
pada bahan solid tersebut pada kondisi yang mendukung terjadinya hibridisasi. Proses
hibridisasi dapat juga dilakukan dalam larutan (bukan bahan solid). Baik DNA
yang hendak didiagnosis (target) maupun probe dimasukkan dalam larutan buffer.
Kedua DNA tersebut bebas bergerak dan proses hibridisasinya berlangsung 5-10
kali lebih cepat daripada di bahan solid. Keadaan tersebut sangat penting dalam
aplikasi kebanyakan diagnostik mikrobiologi yang memiliki konsentrasi DNA
target sangat sedikit dan membutuhkan waktu diagnosis lebih cepat. Probe dapat
juga dibuat dari oligonukleotida (biasanya terdiri dari 30-40 nukleotida) yang
dibuat secara sintetik. Oligonukleotida tersebut dapat berupa fragmen DNA
rantai tunggal atau fragmen RNA yang dilabel.
Proses
hibridisasi dan visualisasi diawali dengan transfer DNA dari gel agarose ke
nilon berpori atau membrane nitroselulosa. Transfer DNA disebut ‘Southern
blotting’, mengacu kepada nama penemu teknik tersebut yaitu E.M. Southern (1975). Pada metode ini mula-mula gel didenaturasi
dengan larutan dasar dan diletakkan pada suatu nampan. Selanjutnya di atas gel hasil elektroforesis
diletakkan nilon berpori atau membrane nitroselulosa, kemudian di atasnya
diberi pemberat. Semua fragment hasil
pemotongan dengan enzim restriksi yang pada awalnya berada pada gel akan ditransfer
secara kapiler ke membrane tersebut dalam bentuk untai tunggal. Pola fragmen akan sama dengan yang berada
pada gel.
Untuk
identifikasi bakteri atau sel inang yang membawa plasmid rekombinan juga
dilakukan hibridisasi dengan menggunakan membran nitrosellulosa yang meiliki
ukuran dan bentuk sesuai dengan petridish yang digunakan. Membran ditempel ke
medium LB yang telah ditumbuhi koloni bakteri, kemudian membrane diambil dan
petri berisi koloni bakteri diinkubasi lagi untuk ditumbuhkan kembali. Kemudian
membran diinkubasi bersama probe DNA Bila antara probe dan DNA target merupakan
komplemen maka akan terjadi hibridisasi.
Bila probe yang digunakan dilabeli maka selanjutnya dupleks yang terjadi
dapat dideteksi.
Bila
kondisi hibridisasi yang digunakan mempunyai stringency yang tinggi (highly
stringent), maka tidak akan terjadi hibridisasi dengan DNA yang mempunyai
kekerabatan yang jauh atau non homolog.
Jadi probe DNA akan mengenali hanya sekuen yang komplemen dan secara
ideal homolog diantara beribu-ribu atau bahkan berjuta-juta fragmen yang bermigrasi sepanjang gel. Fragmen yang diinginkan dapat dideteksi
setelah dilakukan pemaparan membran yang telah mengalami hibridisasi pada film.
Ada berbagai cara untuk memperoleh dari melabel probe asam nukleat. Sebuah gen
dan agen penyakit yang akan dideteksi harus dimurnikan terlebih dahulu,
kemudian dilabel apakah dengan radioisotop seperti 32P atau dengan substansi
non-radioisotop. Walaupun substansi non-radioisotop dan dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Sensitifitas uji diagnostik menggunakan probe yang
dilabel dengan non-radioisotop dapat ditingkatkan dengan penggunaan PCR.
Substansi non-radioisotop yang paling sering digunakan sebagai label adalah
biotin dan digoxigenin.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hibridisasi dari DNA menggunakan Southern Blotting
Jika
kita mempunyai DNA utas ganda dan dupisahkan menjadi utas tunggal kemudian
dicampur sebelumya didinginkan dan ditempelkan kembali. Jika terdapat molekul
DNA yang original yang mempunyai sekuen yang mirip. Utas tunggal dari berbagai
banyak bangian dengan utas lawannya dari berbagai DNA molekul. Lawan itu
diketahui sebagai proses hibridisasi dan dapat digunakan utuk menentukan
berbagai sekuen, dipisahkan sampel yang berhubungan dari DNA dan RNA. Percobaan
hibridisasi, yang diartikan digunakan untuk megetahui sekuen DNA atau gen yang
digunakan untuk memilih sampel atau memilih DNA yang mirip.melekul probe
Southern blot digunakan untuk menentukan hubungan DNA dengan DNA yang
lainnya dari berbgai sumber.
Teknik
ini diikuti dengan membentuk molekul DNA berpasangan melalui pencampuran DNA
dari berbagai sumber. Analisis ini menggunakan dua komponen, Probe
(berisikan sekuen dari gen yang menarik) dan DNA target (berasalkan dari
berbagai organism). Sourthern dimulai dengan isolasi DNA target, DNA hasil
isolasi kemudian dipotong dengan enzim restriksi, dan potongan DNA
divisualisasi kedalam elektroforesis. Hasil elektroforesis direndam kedalam
larutan asam pekat, yag bertujuan untuk memecah ikatan ganda DNA menjadi utas
tunggal. Melalui prinsip kalilaritas, DNA dalam gel dipindahkan kedalam
membrane.
DNA
utas tunggal dari sebuah gel akan dipindahkan ke membrane. Pada kertas filter
menempel pada buffer dari tank, membawa gel dan membrane dan sampai ke kertas
towel, DNA utas tunggal juka mengantarkan dari gel dan tongkat untuk membrane.
Berat diatas menekan membrane dan gel menyentuh dan membantu DNA gel ke
membrane.
Kemudian,
probe dipersiapkan. Pertama, mengetahui sekuen atau gen harus diisolasi dan
ditandai disalahsatu sisi (penanda menggunakan radioaktif, atau alkaline
phosphatase). Mengidentidfikasi gen yang sekarang telah menjadi mudah bahawa
banyak genom sudah diketahui urutan sekuennya. Probe dapat dibuat sekuen oligonukleotida
yang unik dan diatur hanya untuk gen yang kita targetkan. Jika prob yang
digunakan berisikan ologinuklotida yang umum maka probe akan menempel
disembarang tempat.
Bagaimanapun
juga oligonukleotidan yang digunakan probe aruslah panjang dan hanya menempel
pada satu tempat, sepesifik tempat didalam suatu target genom. Probe
dipersiapkan untuk shorthorn, mereka ditandai menggunakan radio aktiv, biotin
atau digoxigenin. Akhirnya pelabelan DNA didenaturasi pada suhu tinggi untuk
membuat utas tunggal. Analisis ini untuk dapat berhasil maka probe dan DNA utas
ganda diinkubasikan pada temperature yang diikuti perkawinan utas DNA untuk
membentuk tetapi diikuti jumlah yang rendah dari ketidak cocokkan. Toleransi
suhu dan ketidak cocokan, kemudian berhubungan berbagai jenis
bagaimana mencari kesepesifikan. Jika probe ditempeli dengan radioaktif bahwa
membrane divisualisasi ke X ray.
Gambar 2. Molekul DNA
dikawinkan dengan probe dapar untuk menditeksi yang
dihubungkan dengan
sekuen didalam southern blot.
Southern
bloting digunakan target untuk fragemt yang kecil dan run diagarose gel.
Fragment dideaturasi secara kimia untuk membawa utas tunggal dan dipindahkan ke
membrane nylon. Sebuah probe radioaktif diinkubasikan dengan membrane pada
temperature untuk mengikuti hibridisasi untuk membentuk. Sejak di filemkan
photografik adalah ditempatkan dibagian atas membrane, lokasi dari hibridisasi
radioaktiv melekul adalah relevan. Probe juga dapat ditempeli dengan biotin
atau digoxigenin pada membrane dalam fisualisasi digunakan chemiluminescent
untuk menditeksi probe dan divisualisasi di x ray. Band hitam pada
filem sehingga dapat diketahui posisi fragment dengan sekuen yang mirip dengan probe.
Alternatifnya, label biotin dan digoxigenin kemungkinan divisualisasikan
melalui perlakuan dengan sebuah substrad chromogenic. Hasil visualisasinya band
nya biru akan dibentuk secara langsung dimembran pada posisi sekuen yang
berhubungan.
3.2 Northern Blotting
Teknik
ini pada dasarnya hibridisasi asam nukleat, perbedaannya pada RNA sebagai
target. Probe sama dengan southern blot dengan target adalah mRNA. Didalam
eukariot pemilihan mRNA lebih efisien karena genomic DNA tidak mempunyai intron
yang mungkin interference yang mengikat probe untuk mengoreksi sekuen.
Dasarnya, teknik ini menggunakan mRNA sehingga pada agarose gel tidak
menggunakan perlakuan denaturasi dengan asam kuat. Tahapan yang digunakan dalam
metode ini yaitu: pemisahan mRNA dengan elektroforesis, dipindahkan kedalam
membrane nylon dan diinkubasi dengan probe yang utas tunggal. Probe yang
sebelumnya dilabel dengan biotin atau digoxigenin atau radioaktif. Membran
kemudian diperlihatkan difilem atau substrad kromegenic.
Variasi
dari hibridisasi nortnblot adalah dengan teknik blot titik dimana sampel tidak
diseparasi berdasarkan ukuran. Melalui teknik ini mudah dilakukan hanya dengan
membrane ditetesi dengn mRNA dan probe. Sepertihalnya sourthern blot DNA harus
dibuat utas tuggal sebelum dblot. Sebelum ditetesi dengan DNA sampel maka probe
terlebih dahulu untuk menghibridisasi probe. Kemudian membrane difisualisasikan
di filem. Jika probe dan DNA atau RNA target mirip maka filem akan berwarna
hitam. Dot blot sangat mudah dan cepat untuk menentukan sampel target yang
berhubungan dengan sekuen sebelum dilakukan percobaan sesungguhnya.
Gambar 3. Dot Blot.
BAB IV
KESIMPULAN
Mendel
dan genetika klasik
Ilmu
genetika modern jejak akarnya ke Johann Gregor Mendel, seorang biarawan Jerman-CekoAugustinus
dan ilmuwan yang mempelajari sifat warisan dalam tanaman. Dalam makalahnya
"Versucheüber Pflanzenhybriden" ("Percobaan pada Tanaman
Hibridisasi"), disajikan pada tahun 1865ke''''Naturforschender Verein
(Masyarakat untuk Penelitian di Alam) di Brunn, Mendel menelusuri polawarisan
sifat tertentu pada tanaman kacang dan menggambarkan mereka secara matematis.
Meskipunpola pewarisan hanya bisa diamati untuk beberapa sifat, karya Mendel
menunjukkan bahwa faktorketurunan itu partikulat, bukan diperoleh, dan bahwa
pola-pola warisan banyak sifat dapat dijelaskanmelalui aturan-aturan sederhana
dan rasio.Pentingnya kerja Mendel tidak mendapatkan pemahaman yang luas sampai
tahun 1890, setelahkematiannya, ketika ilmuwan lain bekerja pada masalah yang
sama ditemukan kembali penelitiannya.William Bateson, pendukung kerja Mendel,
menciptakan kata''''genetika pada tahun 1905. Pada tahun 1910, Thomas Hunt
Morgan berpendapat bahwa genberada pada kromosom, berdasarkan pengamatan dari
mutasi mata terkait-seks putih di lalat buah. Padatahun 1913, Alfred muridnya
Sturtevant menggunakan fenomena hubungan genetik untuk menunjukkanbahwa gen
disusun secara linear dalam kromosom.
Genetika molekuler
Meskipun
gen yang diketahui ada pada kromosom, kromosom terdiri dari kedua protein dan
DNA parailmuwan tidak tahu mana yang bertanggung jawab untuk warisan. Pada
tahun 1928, Frederick Griffithmenemukan fenomena transformasi (lihat eksperimen
Griffith): bakteri mati bisa transfer material genetik untuk "mentransformasikan"
bakteri yang masih hidup lainnya. Enam belas tahun kemudian, pada tahun1944,
Oswald Avery Theodore, Colin McLeod dan Maclyn McCarty mengidentifikasi molekul
yangbertanggung jawab untuk transformasi sebagai DNA. Percobaan Hershey-Chase
pada tahun 1952 jugamenunjukkan bahwa DNA (bukan protein) merupakan bahan
genetik dari virus yang menginfeksi bakteri,memberikan bukti lebih lanjut bahwa
DNA adalah molekul bertanggung jawab untuk warisan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø http://biotecedu.blogspot.com/2011/03/hibridisasi-dari-dna-menggunakan.html
/ di akses pada tgl 2juni 2012
Ø http://riessya.wordpress.com/2009/04/26/pemotongan-dna-dengan-enzim-endonuklease/ di akses pada tgl 2 juni 2012
Ø http://biomol.wordpress.com/bahan-ajar/perpus-gen/
di akses pada tgl 25 mei 2012
Ø http://www.docstoc.com/docs/37698071/DETEKSI-HIBRIDISASI-DALAM-BIOSENSOR-DNA-ELEKTROKIMIA
/ di akses pada tgl 2 juni 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar